Terlanjur Melintas (Kumpulan Puisi)
duh 1
gerimis itu tak kan lagi buatku takjub
ia cuma bagian dari rantai kebodohan
perhatikan saja tingkahnya
tak ubahnya seperti ayam
buang sana, buang sini
dan mereka masih bilang kalau itu biasa
menyedihkan
duh 2
kenapa harus berdecak kagum pada keindahan paras mereka?
kadang tersenyum sendiri
mereka sungguh cantik
membuat hasrat tergelitik
07.30
ia anggun
membias biru itu
tercetak dalam tembok kamar
terpatri dalam nafas
membawaku kembali
aku suka
mungkin saja
ini cuma soal kerja rasa
atau otak
duh 3
penat trotoar masih saja jadi cerita
antara debu dan asap kendaraan selalu tinggalkan derita
mereka menatap
entah apa yang tersirat
semoga ada cinta
semoga
kok…1
masih saja duduk terdiam di dekat lampu merah
entah apa yang mengganjal dalam hati
tetap saja bermimpi
terus pandangi lembayung senja di kalibata
kok…2
sunyi di sini menggores nurani
anginpun malas bernyanyi
tiap geliatan jadi makin berarti
karena kita hampir tahu yang hakiki
mengerti
mengerti
mungkin semua ini
andai ini
andai
ah…1
nikmati saja tiap detik yang menggelitik
tiap waktu yang kadang menjadi abu- abu
semua kan menjadi pelangi yang merayap di jurang merapi
indah
itulah akhir
ah…2
aku rindu harum baja yang merongrong kamarku
teriakan mesin tua yang selalu menemani saat- saat lelahku
aku kan kembali untuknya
untuk segenap peristiwa dalam hidupku
sssttt…
karena aku kiri, mereka memaki
karena aku tetap di kiri, selalu ada caci
karena kiri bukanlah sensasi
ini asasi
jelas manusiawi
dan aku tetap di kiri
aku kiri
ah…3
mari rayakan bisingnya penantian dengan segala keromantisan-
biar nampak memerah di hati
terasa nikmat
percaya itu
akupun begitu
kurang lebih
Jakarta, Juni- Juli 2008
Noel Setiadi

No comments