Menghina Pada Tempatnya
Saat berkendara menuju tempat nguli menggunakan kuda besi yang semakin ganteng karena tidak sempat dicuci-- seperti otak kita yang kotor berdebu dan penuh prasangka ini (marah? baper? emang bener kan? hahaha)-- tiba- tiba saya teringat dengan tulisan lama saya yang berjudul “Nikmatnya Menghina”. Sebuah tulisan gaya bebas yang temanya kritikan dan saran kepada orang- orang brengsek yang hobinya menghina dan yang sangat merasakan kebahagiaan karena kegiatan sakral bernama menghina itu. Dan saya sangat menekankan dalam tulisan saya tersebut bahwa candaan, guyonan atau istilah slangnya ceng- cengan, berbeda dengan menghina.
Saya sendiri tumbuh di lingkungan yang budaya ceng- cengannya sadis kelas dewa, seperti memanggil nama pakai nama orangtua (dia gak tau kalau ada ortunya yang udah mokat...hahaha), memanggil dengan nama orang yang dipersamakan dengan kita dan ceng- cengan konyol yang kalau tidak kuat alias baper, lebih baik gantung diri di bawah pohon tomat dan mundur saja dari dunia konyol itu...hahaha. Dunia konyol yang terjadi dalam konteks sedang guyonan dan dalam rangka tertawa massal demi kesehatan jiwa dan badan. Bagaimanapun, tertawa demi kesehatan dan pada tempatnya adalah salah satu bentuk berkesadaran.
Namun di satu sisi, ada juga orang- orang yang tidak berkaca diri saat melakukan lebih dari sekedar ngecengin yaitu menghina. Orang- orang jenis inilah yang saya kritik dalam tulisan saya tersebut. Ciri- ciri mereka ini adalah suka menghina tapi tidak mau dihina, melakukan ceng- cengan dengan bertubi- tubi tanpa mengenal situasi dan kondisi ke satu obyek yang bagi dia pantas untuk mendapatkannya, sehingga akibat terlalu sering, malah arahnya jadi menghina dan tentunya orang- orang ini akan marah- marah kalau diceng-in balik. Lebih dari itu, tulisan lama saya tersebut sebenarnya ingin mengangkat efek dahsyat yang didapatkan oleh korban- korban penghinaan tersebut yaitu efek secara psikologis secara umum dan efek lainnya. Intinya sih: menghinalah pada tempatnya...hehehe
Lalu saya iseng mencari arti kata menghina dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, dan saya temukan artinya adalah merendahkan; memandang rendah; memburukkan nama baik orang dan menyinggung perasaan orang. Namun buat saya pribadi, kata menghina bisa diterapkan sesuai dengan kehendak hati seseorang-- arah dan tujuannya bisa menjadi positif lho. Nah, sekarang apa hubungannya membicarakan soal menghina? “Ingin saya katakan...”(kalau boleh niru kata si Ah**d Dh**i), bahwa marilah kita menghina para koruptor, tukang bikin susah rakyat, tukang suap, orang jahat, orang yang suka menghina tidak pada tempatnya, orang yang tidak adil dan semua orang- orang brengsek yang jelas merugikan dan menyakiti kita. Ini jelas penghinaan kepada kita!
Cara kita menghina menentukan pergerakan dan tingkah laku orang- orang ini. Mari bangsat- bangsati mereka ini dengan penuh kebanggaan dan kemarahan yang tetap berjalan dalam koridor marahnya. Jangan takut, justru mereka ini perlu diberikan terapi seperti ini. Jangan malahan kita saling menghina sebagai sesama korban penghinaan dari mereka ini. Kita adalah korban penghinaan daripada kebrengsekan dan kejahatan berbalut agama dan ayat- ayat suci mereka. Kita adalah korban penghinaan daripada konspirasi jahat para komprador asing. Dan kita adalah korban penghinaan daripada mafia dan penegak hukum yang loyo dan tak berintegritas. Kebrengsekan dan kejahatan mereka ini adalah penghinaan kepada kita kawan! Jangan mau diadu domba. Jangan mau dibohongi. Silahkan dihina gerombolan jahat sampah ini!
“Ingin saya katakan...”(sekali lagi kalau niru si Ah**d Dh**i..hahaha) bahwa jangan kalian hina kami wahai kalian yang merasa yang paling benar, wahai kalian yang merasa paling suci, wahai kalian yang merasa paling bijak, wahai kalian orang- orang jahat yang tak punya hati. Saatnya akan tiba (atau sudah tiba? hahaha) bahwa kalian para begundal jahat dan brengsek yang amat merugikan orang banyak dan yang hanya pikirkan perut kalian ini, sangat untuk kami hina, untuk kami bangsat- bangsati karena memang kalian sangat pantas untuk mendapatkannya! Mari menghina sesuai dengan tempatnya. Dan percayalah, kita punya musuh yang sama dan kita harus bergerak menghina mereka bersama- sama agar tercipta tawa massal dan merakyat yang menyehatkan jiwa dan raga ;)
Jakarta, 2 Februari 2017
Noel Setiadi a.k.a H.Y
Nb: Artikel ini sebelumnya berjudul "Marah Dong!", dengan revisi seperlunya dan pernah diposting di halaman facebook penulis.
Saya sendiri tumbuh di lingkungan yang budaya ceng- cengannya sadis kelas dewa, seperti memanggil nama pakai nama orangtua (dia gak tau kalau ada ortunya yang udah mokat...hahaha), memanggil dengan nama orang yang dipersamakan dengan kita dan ceng- cengan konyol yang kalau tidak kuat alias baper, lebih baik gantung diri di bawah pohon tomat dan mundur saja dari dunia konyol itu...hahaha. Dunia konyol yang terjadi dalam konteks sedang guyonan dan dalam rangka tertawa massal demi kesehatan jiwa dan badan. Bagaimanapun, tertawa demi kesehatan dan pada tempatnya adalah salah satu bentuk berkesadaran.
Namun di satu sisi, ada juga orang- orang yang tidak berkaca diri saat melakukan lebih dari sekedar ngecengin yaitu menghina. Orang- orang jenis inilah yang saya kritik dalam tulisan saya tersebut. Ciri- ciri mereka ini adalah suka menghina tapi tidak mau dihina, melakukan ceng- cengan dengan bertubi- tubi tanpa mengenal situasi dan kondisi ke satu obyek yang bagi dia pantas untuk mendapatkannya, sehingga akibat terlalu sering, malah arahnya jadi menghina dan tentunya orang- orang ini akan marah- marah kalau diceng-in balik. Lebih dari itu, tulisan lama saya tersebut sebenarnya ingin mengangkat efek dahsyat yang didapatkan oleh korban- korban penghinaan tersebut yaitu efek secara psikologis secara umum dan efek lainnya. Intinya sih: menghinalah pada tempatnya...hehehe
Lalu saya iseng mencari arti kata menghina dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, dan saya temukan artinya adalah merendahkan; memandang rendah; memburukkan nama baik orang dan menyinggung perasaan orang. Namun buat saya pribadi, kata menghina bisa diterapkan sesuai dengan kehendak hati seseorang-- arah dan tujuannya bisa menjadi positif lho. Nah, sekarang apa hubungannya membicarakan soal menghina? “Ingin saya katakan...”(kalau boleh niru kata si Ah**d Dh**i), bahwa marilah kita menghina para koruptor, tukang bikin susah rakyat, tukang suap, orang jahat, orang yang suka menghina tidak pada tempatnya, orang yang tidak adil dan semua orang- orang brengsek yang jelas merugikan dan menyakiti kita. Ini jelas penghinaan kepada kita!
Cara kita menghina menentukan pergerakan dan tingkah laku orang- orang ini. Mari bangsat- bangsati mereka ini dengan penuh kebanggaan dan kemarahan yang tetap berjalan dalam koridor marahnya. Jangan takut, justru mereka ini perlu diberikan terapi seperti ini. Jangan malahan kita saling menghina sebagai sesama korban penghinaan dari mereka ini. Kita adalah korban penghinaan daripada kebrengsekan dan kejahatan berbalut agama dan ayat- ayat suci mereka. Kita adalah korban penghinaan daripada konspirasi jahat para komprador asing. Dan kita adalah korban penghinaan daripada mafia dan penegak hukum yang loyo dan tak berintegritas. Kebrengsekan dan kejahatan mereka ini adalah penghinaan kepada kita kawan! Jangan mau diadu domba. Jangan mau dibohongi. Silahkan dihina gerombolan jahat sampah ini!
“Ingin saya katakan...”(sekali lagi kalau niru si Ah**d Dh**i..hahaha) bahwa jangan kalian hina kami wahai kalian yang merasa yang paling benar, wahai kalian yang merasa paling suci, wahai kalian yang merasa paling bijak, wahai kalian orang- orang jahat yang tak punya hati. Saatnya akan tiba (atau sudah tiba? hahaha) bahwa kalian para begundal jahat dan brengsek yang amat merugikan orang banyak dan yang hanya pikirkan perut kalian ini, sangat untuk kami hina, untuk kami bangsat- bangsati karena memang kalian sangat pantas untuk mendapatkannya! Mari menghina sesuai dengan tempatnya. Dan percayalah, kita punya musuh yang sama dan kita harus bergerak menghina mereka bersama- sama agar tercipta tawa massal dan merakyat yang menyehatkan jiwa dan raga ;)
Jakarta, 2 Februari 2017
Noel Setiadi a.k.a H.Y
Nb: Artikel ini sebelumnya berjudul "Marah Dong!", dengan revisi seperlunya dan pernah diposting di halaman facebook penulis.

No comments