Cerita Cinta Antara Saya dan Mary Jane
Perkenalan saya dengan Marry Jane adalah pada saat kelas 5 (lima) Sekolah Dasar (SD) sekitar tahun 1996. Perkenalannya adalah bukan dengan cara dirokok seperti biasanya digunakan namun secara tidak sengaja “wangi” dari Marry Jane yang dibakar oleh beberapa kakak kelas di sekitar saya pada suatu malam, melewati hidung saya dan saat itu saya diberitahu bahwa itu adalah wangi khas Marry Jane.
Rupanya saya tidak melupakan wanginya dan akhirnya di suatu siang di halaman sekolah sambil kumpul beramai- ramai dan menyaksikan seorang kakak kelas memainkan part bass dari lagu “Stir It Up” Bob Marley yaitu pada saat saya kelas 1 (satu) Sekolah Menengah Pertama (SMP), disitulah akhirnya selin Marry Jane yang sudah dibakar terlebih dahulu oleh seseorang menghampiri saya untuk saya hisap (dibakar)-- namun sebelumnya saya sudah tahu kalau itu Marry Jane dari wanginya. Ya ya ya, sebuah peristiwa yang begitu membekas karena setelah saya menikmatinya, saya dapat langsung menguasai part bass lagu Bob Marley tersebut walau akhirnya (mungkin) karena pertama kali dan belum bisa mengontrol saya tertidur di teras sekolah sampai saya terbangun pada saat maghrib dan sudah ditinggalkan oleh teman- teman. Ha ha ha...
Singkat kata, saya dapat menikmati Marry Jane yang kala itu dihargai Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) untuk 1 Pahe / Sepahe (satu paket hemat) hampir setiap malam sepanjang saya menjadi siswa SMP. Rutinitasnya adalah setelah belajar malam kami kumpul di lapangan rumput sekolah dan kami pun menikmati 1 Pahe yang bisa menjadi 3- 4 linting murni tanpa campuran tembakau. Dan setelah ritual tersebut kami bergegas untuk tidur dan tentunya mendapatkan tidur yang amat sangat enak. Dan esok hari bersekolah dengan penuh semangat. Hi hi hi...
Secara aturan memang kami melanggar aturan sekolah, namun bukankah aturan itu dibuat untuk dilanggar yah? Ha ha ha... Soalnya aturannya gak asik sih, masak barang enak dan bermanfaat tidak diperbolehkan....
Saya sempat masuk sebuah sekolah dengan aturan ketat ala biarawan di Bogor dan kecintaan saya terhadap Marry Jane tidak pernah luntur, karena saya memang terkadang membawanya untuk dinikmati bersama- sama. Prinsip saya kala itu, “gak usah munafik dan soklah, urus diri sendiri aja..barang enak gini kok”. Buktinya saya bisa berdoa kepada Sang Pencipta dan memohon untuk didoakan oleh Bunda Maria agar memperoleh ampunan atas apa yang telah saya lakukan kalau memang salah di depan Patung Bunda Maria. Subyektif banget yah saya? Ha ha ha... Oia, pasti saya otomatis musrik nih karena berdoa di hadapan patung. Ha ha ha...
Zaman kuliah pun masih sama. Kebetulan punya partner kost asik yang memang pencinta Mary Jane juga. Cocoklah. Massa- masa kerja juga sama. Sesut dua sut sebelum berangkat kerja dari Tebet ke SCBD Sudirman, tidak membuat saya nyasar kok. Bahkan terkadang saya membawanya ke tempat kerja dan pada saat istirahat siang saya menikmatinya (ini jangan ditiru yah...he he he). Dan saya tetap bisa konsentrasi bekerja kok. Dan pulang kerja, ya baks lagi dong supaya berbagi tawa dan tidur enak. He he he...
Oia, saya pernah sakit typus dan nafsu makan turun drastis. Seorang teman datang ke rumah sakit dan membawakan Mary Jane yang kami nikmati di bangsal rumah sakit. Setelah itu kami menikmati tawa bersama dan efek lapar datang melanda dan saya minta teman ini untuk mengupaskan saya buah- buahan yang saya lahap dengan jumlah banyak dan minum air 1,5 liter yang hanya tersisa sedikit. Lihatlah, betapa efek Mary Jane ini amat sangat mantap. Dokter terheran- heran karena kondisi saya makin membaik karena konsumsi makanan yang cukup. Ha ha ha... dia gak tahu kalau saya punya pengobatan sendiri. Ha ha ha... Oia, Mary Jane sangat bagus buat yang tidak berselera makan karena sakit dan tentunya Mary Jane membantu menyembuhkan segala penyakit! Amin.
Nah, pada bagian ini pasti saya akan dicap lebih musrik nih. Asik dah. Jadi begini, dalam proses panjang bertahun- tahun saya menikmati Mary Jane yaitu dari santai- santai sambil nonton film, sambil mengamen di jalan, sambil naik gunung, sambil kerja, sambil berolah raga, sambil kuliah, sambil ngeband, sambil pelayanan musik, sambil pergi beribadah, dan lainnya, saya sudah sampai dititik dimana pada saat sebelum saya menikmati Mary Jane, saya berdoa dan mengucap syukur kepada Yang Maha Tinggi karena telah menciptakan Mary Jane dan secara sadar saya menyatakan dan meyakini bahwa Yang Maha Tinggi telah mewahyukan diri-Nya ke dalam Mary Jane agar setiap yang menikmatinya dapat hidup lebih berkesadaran dengan menemukan Sang Nur dalam hatinya, dan membantu untuk hidup pada saat ini dengan penuh kesadaran dan lebih realistis sambil memikirkan dan merancangkan masa depan tanpa memikirkan yang sudah berlalu. Ya, seperti itulah musriknya saya. Ha ha ha...
OK....sekian cerita cinta saya dengan Mary Jane hingga sampai era ini dimana saya tinggal di negara yang belum paham pemanfaatan maksimal dari Mary Jane ini terlebih untuk medis/ pengobatan dan industri. Ini membuat saya muak dan sedih. Namun saya tetap berdoa agar Yang Maha Tinggi membuat pikiran para pejabat negara lebih rasional dan berguna. Tolong jangan tiru saya, ini murni keputusan pribadi saya. Jadilah diri sendiri dan kenalilah Mary Jane dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Oia, saya tidak mau munafik apabila kalian punya Mary Jane dan mengundang saya untuk bercinta dengannya, saya akan sangat berbahagia :)
Jakarta, 7 Agustus 2017
Leon- TK

No comments